Beberapa orang lawan telah menjadi korban. Akhirnya tiga sahabat tertusuk musuh dan langsung gugur. Seorang lagi dibaling batu beramai-ramai hingga tewas. Bakinya tinggal dua orang; Zaid bin Addutsunah dan Khusaib bin Adi. Mereka lincah berlawan namun apakah daya dua ornag pejuang ini dalam menghadapi musuh yang begitu ramai.
Selang beberapa saat sesudah jatuhnya empat sahabat tadi, kedua-dua orang sahabat itu dapat dilumpuhkan dan dibelenggu. Lalu mereka diangkut menuju pasar budak di Makkah. Zaid dibeli oleh Shafwan bin Umayyah. Ayah Shafwan, Umayyah bin Khalaf, adalah majikan Bilal dan Amir bin Fuhairah. Umayyah terkenal sangat kejam kepada budak-budaknya.
Bilal pernah disalib di atas pasir dan dijemur di tengah terik matahari dengan badan ditindih batu. Untung Bilal ditebus oleh Saiyidina Abu Bakar Assidiq dan dimerdekakan. Orang Habsyi ini kemudian terkenal sebagai sahabat dekat Rasulullah s.a.w. dan diangkat sebagai Muazin. Dalam perang Badar, Umayyah bin Khalaf berhadap-hadapan dengan bekas budaknya itu. Dan Bilal berhasil membunuhnya dalam pertempuran yang sengit satu lawan satu.
Khubaib bin Adi diambil oleh Uqbah bin Al-Harits dengan tujuan yang sama seperti maksud Shafwan membeli Zaid bin Abdutsunah. Iaitu untuk membalas dendam kebencian mereka kepada umat Islam. Maka oleh orang-orang Quraisy, Zaid diseret menuju Tan'im, salah satu tempat untuk miqat umrah. Di sanalah Zaid akan dijalani hukuman pancung, atas sesuatu yang dia tidak pernah lakukannya, iaitu membunuh Umayyah bin Khalaf, ayahanda Shafwan.
Menjelang algojo menetak parangnya, pemimpin kaum Musyrikin Abu Sufyan bertanya garang,
"Zaid bedebah, apakah engkau senang seandainya di tempatmu ini Muhammad, sedangkan engkau hidup tenteram bersama keluargamu di rumah?"
"Janganlah begitu." bantah Zaid dengan keras.
"Dalam keadaan begini pun aku tidak rela Rasulullah tertusuk duri kecil di rumahnya."
Abu Sufyan menjadi marah.
"Bereskan!" teriaknya kepada algojo.
Dalam sekelip mata, sebilah parang berkilat di tengah terik matahari dan darah segar menyembur keluar. Zaid bin Abdutsunah gugur setelah kepalanya dipotong, menambah jumlah penghuni syurga dengan seorang syuhada' lagi. Di hati Abu Sufyan dan orang-orang Quraisy lainnya timbul kehairanan akan kesetiaan para sahabat kepada Muhammad.
Sampai tergamam di bibir Abu Sufyan ucapan kagum,
"Aku tidak pernah menemukan seorang yang begitu dicintai para sahabat seperti Muhammad."
Sesudah selesai pemancungan Zaid, datang pula rombongan lain yang menyeret Khubaib bin Adi. Sesuai dengan hukum yang berlaku di seluruh Tanah Arab, kepada pesalah yang dijatuhi qisas mati diberikan hak untuk menyampaikan permintaan terakhir. Demikian juga Khubaib. Juru dakwah yang bestari ini meminta izin untuk solat sunnah dua rakaat. Permohonan tersebut dikabulkan
Dengan khusyuk dan tenang, seolah-olah dalam suasana aman tenteram tanpa ancaman kematian, Khubaib melaksanakan ibadahnya sampai selesai. Setelah salam dan mengangkat dua tangan, ia berkata,
"Demi Allah. Andai kata bukan kerana takut disangka aku gentar menghadapi maut, maka solatku akan ku lakukan lebih panjang."
Khubaib disalib dahulu lalu dihabisi sepertimana dilaksanakan ke atas Zaid bin Abdutsunah. Jasadnya telah lebur sebagaimana jenazah lima sahabatnya yang lain. Namun semangat dakwah mereka yang dilandasi keikhlasan untuk menyebarkan ajaran kebenaran tidak akan pernah padam dari permukaan bumi. Semangat itu terus bergema sehingga semakin banyak jumlah pendakwah dengan kekuatan sendiri terus berjuang di jalan Allah.
(sumber iluvislam.com)
-tajdidniatselalu-
1 comment:
Subhanallah...rugi rasanya perasaan kagum tak datang seiring dengan perasaan ingin menjadi pengganti..kan?
Post a Comment